Minggu, 02 Desember 2018

Dakwah Rasulullah SAW



A.      Latar Belakang
Kebiasaaan bangsa Arab sebelum Islam hadir ialah suka menyembah berhala, berzinah, berjudi, mabuk bahkan menganiaya dan membunuh kaum yang lemah. Sejak diutusnya nabi Muhammad menjadi rasul pada tanggal 17 Ramadhan 610 M di Gua Hiro yang membawa ajaran islam (berkebalikan dengan kebiasaan mereka), hal ini dapat mengubah paradigma dan kebiasaan bangsa Arab, sehingga kaum Quraisy terancam kesejahteraannya. Pasalnya, selama ini kaum Quraisy mendapatkan penghasilan dari kebiasaan menyembah berhala dan mendapat kekuasaan atas orang-orang lemah atau budak-budak.
Berbagai cara dilakukan kaum Quraisy untuk mencegah dan menghentikan penyebaran ajaran agama islam yang dibawakan oleh nabi Muhammad. Mulai dari cacian, makian, menganiaya bahkan membunuh kaum muslim meskipun itu sanak keluarganya sendiri, mereka lakukan.
Namun Nabi Muhammad adalah manusia yang telah diutus oleh Allah SWT, bukanlah sembarangan orang. Selain sifatnya yang luar biasa, ia juga mampu menyusun strategi dan metode dalam menjalankan tugasnya sebagai pembawa pesan dari Allah. Berbagai metode dan strategi ia lakukan, mulai dari cara sembunyi-sembunyi, terang-terangan bahkan dengan jalan perang ia lakukan.


B.       Rumusan Masalah
a.     Apa yang dimaksud dengan dakwah secara sembunyi-sembunyi?
b.    Apa itu dakwah secara terang-terangan?
c.     Bagaimana perbandingan metode dakwah rasul dan metode dakwah saat ini?
d.    Teori Komunikasi dalam Berdakwah
C.      Tujuan Penulisan
a.         Mengetahui pengertian dakwah rasulullah
b.        Mengetahui pola komunikasi rasulullah dalam berdakwah
c.         Mengetahui metode dakwah rasul dan metode dakwah saat ini
         
PEMBAHASAN

A.    DAKWAH SECARA SEMBUNYI-SEMBUNYI
Pada tanggal 17 Ramadhan 610 M Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk menyebarkan ajaran agama Islam. “Iqra” begitulah perintah malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad. Nabi Muhammad bingung, Jibril memerintahkannya untuk membaca sedangkan ia tak tau apa yang harus ia baca, sosok cahaya yang munvul dengan tiba-tiba lalu memerintahkan ia membaca itu, tentu membuat Nabi Muhammad bingung dan ketakutan hingga lari ke rumah dan meminta Khadijah untuk meneyelimutinya. Sebagai seorang isteri yang setia, Khadijah mencoba menenangkan nabi Muhammad dengan perkataan yang masuk di akal. Khadijah berkata :
“Demi Allah, Allah tidak akan menyusahkan engkau! Engkau adalah seorang yang selalu menghubungi sanak keluarga, selalu menolong orang yang susah, memberikan jamuan pada tamu dan menyampaikan amanat yang mempunyainya”.
[1]Lalu khadijah membawa Nabi Muhammad kepada Waraqah bin Naufal, seorang ahli yang berpengalaman dan juga sepupu Khadijah. Waraqah bin Naufal berkata :
“Demi tuhan yang jiwaku ada di tanganNya, sesungguhnya engkau adalah nabi untuk umat ini. Engkau telah didatangi oleh jibril yang juga pernah mendatangi musa. Dan kelak engkau akan didustakan, disakiti, diusir bahkan kamu akan diperangi oleh kaum mu. Setiap orang yang diutus menjadi nabi sepertimu, pasti dia akan dimusuhi dan diperangi oleh kaumnya. Jika aku ada waktu kamu dimusuhi masih hidup, pasti kamu akan ku bela sekuatku”
Melihat kejadian itu, nabi Muhammad memutuskan untuk menyebarkan ajaran islam kepada orang-orang terdekatnya terlebih dahulu dengan cara sembunyi-sembunyi untuk menghindari pertikaian dan ancaman kaum Quraisy. Sebenarnya Nabi Muhammad setelah mendapat wahyu pertama ia langsung menceritakan kepada kaum Quraisy tentang ajaran Tauhid dan memerintahkan agar tidak berlaku kasar terhadap sesamanya. Namun karena Kaum Quraisy mempunyai hati sekeras batu, akhlak setara binatang, dan juga karena mereka takut akan terancam kesejahteraanya dalam “bisnis berhala”, sebisa mungkin ia menghalau Nabi Muhammad dalam berdakwah. Untuk itu nabi lebi memilih mengalah dengan cara berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Dalam berdakwah sembunyi-sembunyi, ia melakukan berbagai metode, salah satunya dengan metode pendekatan personal (dari pintu ke pintu) dan juga dengan metode bil hal (menjadi suri tauladan yang baik bagi umat muslim maupun non muslim). Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul selama dakwah secara sembunyi-sembunyi, ialah:
1.      Metode Personal, metode semacam ini terjadi dengan cara individual, yaitu antara Dai dan Mad’u. langsung bertatap muka sehingga materi yang disampaikan langsung diterima, dan biasanya reaksi yang ditimbulkan mad’u langsung diketahui. Pendekatan ini Rasul lakukan untuk mencegah guncangan reaksioner di kalangan masyarakat Quraisy, yang pada saat itu masih percaya dengan kepercayaan animism warisan leluhur mereka. [2]
2.      Metode Pendidikan, pada zaman rasul pendidikan ini dicontohkan dengan mendatangkan rumah ke rumah. Atau menjadikan salah satu rumah sahabat untuk dijadikan tempat pemberian materi-materi Islam. Seperti rumah Al-Arqam bin Abi Arqam yang dijadikan tempat pertama menyampaikan mater-materi pendidikan Islam.
3.      Metode Diskusi, metode diskusi Dai sebagai narasumber sedangkan Mad’u sebagai audience. Tujuannya ialah untuk pemecahan problematika yang ada kaitaannya dengan dakwah, sehingga apa yang menjadikan permasalahan dapat ditemukan jalan keluarnya. Pada masa sembunyi-sembunyi diskusi masih dalam seputar ke-tauhidan, atau apa-apa saja ajaran Islam itu, dan juga mengenai kehidupan setelah mati. Selain itu diskusi pada kondisi seperti ini tidak leluasa, karena harus sembunyi-sembunyi.
4.      Metode bi Al-Hal, dakwah metode ini dilakukan dengan upaya ajakan melalui upaya penyatuan elaborasi antara pemahaman atau pengetahuan (thinking) dengan keyakinan atau perasaan (feeling). Dengan demikian, dakwah dengan metode ini dapat dilakukan dengan mauidhah hasanah (memberi contoh teladan). [3]
5.      Metode bil Hikmah, dari sekian metode awal rasul berdakwah (setelah menerima wahyu kenabian). Rasul menjalankan tugasnya dengan metode bi al-hikmah, dimana metode ini dilakukan rasul selama berdakwah, tidak hanya sembunyi-sembunyi tetapi juga pada saat dakwah terang-terangan.[4] Sesuai dengan ayat An-Nahl : 125
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan 4hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

            Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan selama tiga tahun lamanya, dan menghasilkan beberapa nama yang berhasil masuk Islam, diantaranya adalah Khadijah, Ali bin abu Thalib, Zaid bin Haritsah, Abu Bakar, Usman bin Affan, Zubair bin Awam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, dan Thalhah bin Ubaidillah.
  
B.     DAKWAH SECARA TERANG-TERANGAN
            Setelah dirasa sudah mendapat banyak dukungan dari sanak keluarga, sahabat dan juga tetangganya dari hasil berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Rasulullah memberanikan diri berdakwah secara terang-terangan di pemuka kaum Quraisy. Tentunya alasan dakwah secara terang-terangan ini juga berlandaskan atas perintah Allah SWT, dalam QS Al-Hijr 94 Allah berfirman :

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.

            Nabi Muhammad menaiki bukit Shafa dan mengumpulkan orang-orang dengan berteriak “Ya Sabaakha! Ya Sabaakha!”, panggilan ini adalah suatu cara bangsa arab yang dipakai jika ada sesuatu yang penting. Karena itulah kaum Quraisy yang mendengar panggilan tersebut segera berkumpul dan tidak dapat terpaksa mengirimkan orang untuk mendengarkan apa yang dikatakan rasul. Setelah mereka berkumpul, Rasul berkata :

 “Hai Banu Abdul Muthalib, Hai Banu Fihr, Hai Banu Kaab! Bagamainakah pendapatmu jika aku kabarkan bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan membinasakan kamu, apakah kamu percaya apa yang aku katakana?” Jawab Mereka : “Ya, kami akan percaya karena tidak ada keraguan bagi kami untuk tidak mempercayaimu”. Kata Rasul : “Ketahuilah oleh kamu sekalian bahwa aku adalah seorang pemberi peringatan kepadamu tentang datangya siksa oleh Allah”.

            Semua orang yang hadir ditempat itu diam saja sambil merenung apa yang dikatakan oleh Rasul, kecuali Abu Lahab, setelah ia mendengar ucapan Rasul ia memprotes :

“Sesungguhnya celaka kamu sepanjang hari ini, hanya inikah kamu mengumpulkan kita?”
           
            Setelah rasul mensyiarkan Islam secara terang-terangan di kalangan kaum Quraisy, beliau keluar berdakwah ke tengah masyarakat Quraisy untuk mengajak mereka ke dalam Islam, hampir di setiap tempat di setiap saat, beliau berani maju ke tengah kaumnya untuk menerangkan hakekat Islam. Mereka diajak untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dengan meninggalkan segala macam persembahan selain kepada Allah.
            Setiap harinya Rasul selalu mendatangi mereka baik yang berkumpul dekat Ka’bah maupun yang berada di pasar. Dakwah Rasul ini banyak diterima oleh orang-orang yang bersih hatinya atau mereka yang sudah muak dengan segala macam persembahan dan tata cara hidup jahiliyah yang buruk. Setiap harinya ada saja yang masuk Islam baik itu laki-laki ataupun perempuan. Namun yang paling banyak adalah dari golongan lemah ekonominya atau budak-budak. Karena dakwah Islamiyah tidak membedakan kedudukan orang dalam masyarakat.[5]
            Perkembangan agama Islam yang demikian pesat ini, membuat kaum Quraisy khawatir, takut kalau agama nenek moyangnya makin lama makin terancam dengan kehadiran Islam. Selama berdakwahnya Rasul selalu menyadarkan kaum Quraisy akan kelemahan berhala yang mereka sembah. Karena itulah mereka mulai benci terhadap perkembangan Islam, karena menganggap Rasul selalu mencaci maki agama mereka.
            Ketika bangsa Quraisy melihat perlunya langkah yang harus diambil demi kelanggengan agama nenek moyang mereka, maka mereka pergi ke rumah Abu Thalib untuk melaporkan kepada beliau bahwa keponakannya telah menyiarkan agama Islam dan mengancam kelanggengan agama nenek moyang. Mereka meminta kepada Abu Thalib untuk mencegah kegiatan berdakwah Rasul. Mereka berkata :

Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu (keponakan) telah mencaci maki terhadap tuhan-tuhan kami dan mengejek nenek moyang kami. Karena itu kami harap agar engkau mencegah dia atau biarkan kami yang menghadpinya sendiri. Dan engkau termasuk orang yang satu agama dan kepercayaan dengan kami”

            Keluhan mereka yang sekeras itu dihadapi oleh Abu Thalib dengan sabar dan beliau menenangkan hati mereka dengan kata-kata yang manis, sampai mereka kembali dengan puas hati.
            Penyiaran Islam di kota Mekkah berkembang pesat, dengan melanjutkan dan mengembangkan metode-metode yang dipakai Rasulullah selama berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Sehingga hal ini membuat kaum Quraisy marah dan mendatangkan kembali Abu Thalib :

“Hai Abu Thalib, sesungguhnya engkau adalah orang tua dan terpandang di tengah kami. Kami telah meminta kamu untuk mencegah keponakan mu, namun tidak engkau lakukan. Sungguh kami tak dapat bersabar lebih dari ini, kami tak dapat membiarkan keponakanmu mencaci maki tuhan kami. Kami harap kamu cegah dia atau kami sendiri yang menghadapinya sampai salah satu, apakah kami ataukah dia yang akan binasa”
           
            Keluhan kaum Quraisy tersebut membuat Abu Thalib bimbang, karena harus memilih diantara dua pilihan yang sulit. Untuk itu ia memanggil Rasul dan berkata :

“Hai keponakan ku, kaum ku telah datang kepadaku dan mengeluh begini,begitu. Janganlah kamu membebani berat kepadaku, yang tak dapat ku tanggung”. Rasul menjawab : “Hai Pamanku, demi Allah jika mereka meletakkan matahari di kananku, dan bulan di kiriku agar aku meninggalkan dakwah Islamiyah ini, pasti tak akan ku tinggalkan. Sebelum aku diberikan sukses oleh Allah atau aku binasa karenaNya”

            Rasul menjawab ucapan pamannya tersebut dengan penuh semangat dan menangis karena harus membebani pamannya tercinta. Ketika pamannya melihat betapa beratnya apa yang ditanggung oleh Rasul dan kegigihan Rasul dalam dakwah Islami, lantas ia memanggil kembali keponakannya tersebut dan berkata :

“Hai keponakan ku, teruskanlah apa yang telah kamu kerjakan sekehendak hatimu, Demi Tuhan aku tidak akan menyerahkan mu kepada mereka sedikitpun”

            Setelah mendapat persetujan dan perlindungan dari pamannya, Rasul semakin bersemangat dalam menjalankan tugas Dakwah Islamiyahnya. Hal ini membuat kaum Quaraisy geram karena terus melihat perkembangan pesat umat yang masuk Islam. Kaum Quaraisy melakukan berbagai cara untuk membatasi atau mencegah kaumnya masuk Islam, mereka menyiksa dengan sangat sadis bahkan membunuh kaum muslimin, terutama dari kalangan budak muslim. Seperti Bilal bin Rabah dan Yasir serta keluarganya yang mati karena harus mempertahankan aqidah mereka.
            Perjalanan dakwah Rasul pada periode terang-terangan ini, mengalami berbagai banyak hal, baik itu perkembangan pesat umat muslim dan juga ancaman serta siksaan dari kaum Quraisy yang semakin menjadi-jadi. Apalagi saat wafatnya Khadijah (Isteri Rasul) dan Abu Thalib (paman Rasul) yang selama ini membantu dan melindungi rasulullah dalam berdakwah.
            Tidak terhitung berapa jumlah harta Khadijah yang digunakan dalam berdakwah Rasul. Sebagai saudagar yang kaya raya, Khadijah sangat dihargai di kalangan kaum Quraisy sehingga mereka sangat senggan terhadap Rasul selama Khadijah hidup. Apalagi Abu Thalib yang menjadi pemuka kaum Quraisy dari kalangan Bani Abu Muthalib, yang juga kakek Rasul. Namun semenjak kepergian mereka di tahun yang sama, kaum Quraisy merasa mendapatkan kesempatan dan peluang yang besar untuk menghentikan dakwah rasul dengan berbagai cara.
            Meskipun begitu, rasul tetap gigih dan sabar dalam menjalankan dakwahnya. Tidak sedikitpun rasul membalas perbuatan mereka yang keji, beliau hanya bisa bersabar, berdoa dan menyusun strategi dari permasalahannya yang lebih kompleks ini.
            Adapun beberapa metode yang dilakukan rasul saat berdakwah secara terang-terangan adalah :
1.      Politik Pemerintahan : Merasa dakwah di Mekkah semakin terasa berat, karena perlakuan orang Quaraisy terhadap Rasul dan umatnya semakin sadis, bahkan sampai mengencam nyawa dan raganya. Oleh karena itu demi keselamatan nyawa dan keselamatan umat muslim. Maka rasul dan sahabat-sahabatnya memutuskan untuk hijrah ke luar daerah. Contohnya ialah ketika ia hijrah ke Madinah. Keputusan hijrah ke Madinah ini bukanlah semata-mata atas kehendaknya sendiri, melainkan memang atas perintah orang Madinah Sendiri, sehingga kebanyakan penduduk Madinah secara terbuka menerima ajaran-ajaran agama Rasul. Di Madinah, Rasul mendapat sahabat (Anshor) yang makin hari makin bertambah, sehingga Rasul menggunakan politik pemerintahannya, yakni mendirikan Negara Islam. Yang mana semua urusan ekonomi, hukum, tata ekonomi, sosial dan sebagainya berasaskan Islam. Hal ini berarti dakwah Islamiyahnya sebagai tujuan utama Negara.[6]
2.      Surat Menyurat : metode dakwah rasulullah bukan saja dengan cara politik pemerintahan, akan tetapi menggunakan pula metode surat-menyurat. Metode ini dilakukan oleh rasulullah kepada berbagai Negara tetangga seperti Yaman, Syam, dsb. Adapun hasilnya sudah barang tentu ada yang menerima dan ada yang menolaknya. Beberapa metode seperti ini menggambarkan bahwa beliau memiliki kecakapan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan zaman mutakhir ini. [7]
3.      Metode Peperangan : perang adalah metode dakwah Rasul yang paling terakhir, bila sudah tiada lagi jalan lain yang ditempuh. Seperti perang Badar, Perang Uhud, Yamuk dsb. Metode dakwah menggunakan gencatan senjata ini memang tampaknya sangat membahayakan, karena bala tentara rasulullah lebih sedikit dibandingkan dengan tentara orang kafir. Namun sejarah Islam telah membuktikan bahwa peperangan rasulullah dengan orang kafir jarang sekali menemui kekalahan. Dengan demikian peperangan dapat menguntungkan dan menambah tersiarnya agam Islam ke berbagai penjuru alam

Contoh surat menyurat Rasul kepada raja Heracrius:
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, dari Muhammad bin Abdullah (hamba Allah) dan utusan Allah. Kepada Heracrius pembesar (raja) Romawi. Selamatlah atas mereka yang mengikuti petunjuk. Pertama kali sesungguhnya saya mengajak kepada anda dengan seruan Islam : Masuk Islamlah anda maka tuan akan selamat. Allah akan menmberikan ganjaran pada tuan dua kali. Jika tuan menolak maka bagi anda, akan menerima dosa seperti para petani[8]. Hai ahli kitab (Yahudi dan Kristen) marilah kita dalam kalimat yang satu antara kami dan anda, yaitu tidak ada menyembah kecuai kepada Allah. Dan jika tuan berpaling maka ucapkanlah penyaksian bahwa kami sebagai orang-orang yang beragama Islam” (HR. Bukhori - Muslim)
            Selain ketiga metode tersebut, rasulullah juga terus mengembangkan metodenya sewaktu dakwah secara sembunyi-sembunyi, yaitu misalnya mengembangkan Metode Dakwah Secara Diskusi, dalam situasi dakwah yang terang-terangan ini rasul bisa lebih leluasa dalam melakukan diskusi dengan umatnya, bahkan mempunyai tempat khusus seperti Masjid, Ka’bah dll. Juga metode-metode lain seperti Metode Pendidikan, Metode Personal yang lebih komperhensif, dan Metode bil Hikmah. Dan Rasul juga menggunakan metode bil Mal yaitu metode dengan memberikan kontribusi materi kepada sasaran dakwah yang lemah ekonominya. Hal ini sebenarnya sudah biasa Rasul lakukan jauh sebelum ia diutus menjadi Rasul karena hal ini sudah menjadi sifat naluriah rasul sebagai manusia yang murah hati dan dermawan. Dalam sebuah hadist diriwiyatkan
 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْطِينِي الْعَطَاءَ فَأَقُولُ أَعْطِهِ مَنْ هُوَ أَفْقَرُ إِلَيْهِ مِنِّي فَقَالَ خُذْهُ إِذَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ شَيْءٌ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلَا سَائِلٍ فَخُذْهُ وَمَا لَا فَلَا تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ
“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan pemberian kepadaku, kemudian aku mengatakan: “Berikan kepada orang yang lebih miskin daripadaku,” maka Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Ambillah itu! Jika datang kepadamu sesuatu dari harta ini, sedangkan engkau tidak memperhatikan (yakni mengharapkan, Pen) dan tidak meminta, maka ambillah itu! Dan yang tidak, maka janganlah engkau mengikuti hawa-nafsumu terhadapnya!” [HR Bukhari, no. 14734].

            Sepanjang perjalanan tugasnya, Rasul selalu menggunakan berbagai metode guna keberhasilan dakwahnya. Begitu banyak tantangan dan rintangan yang Rasul hadapi, tetapi hal itu tidak menjadikan ia lalai dalam mengemban tugas dari Yang Maha Esa. Ia tatap optimis, gigih dan penuh starategi. Hingga pada akhirnya Rasulullah berhasil menjalankan tugasnya itu, dan ajaran-ajaran Islam bisa menyebar luas hingga ke seluruh negeri. Tidak heran jikalau Rasul dinobatkan menjadi orang paling berpengaruh di dunia. Dengan suri tauladan dan perjuangannya dalam berdakwah. Semoga segala macam metode rasul ini, dapat menjadi contoh bagi kita dalam mengajak yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar dan semoga kita dapat mengembangkan dan menyikapinya dengan baik. Sehingga umat Islam pada zaman menghadapi tantangan globalisasi ini tidak menurun nilai-nilai keimanan islamnya.

C.           PERBANDINGAN METODE DAKWAH RASUL DAN METODE DAKWAH SAAT INI
Pembanding
Metode Dakwah Rasul
Metode Dakwah Saat ini
Metode Personal
·      (Langsung) Silaturahmi dari rumah ke Rumah
·      Peduli terhadap sesama
·      Sosialis
·      (Langsung dan Tidak Langsung). Kemajuan teknologi membuat sangat sedikit sekali pendekatan langsung pada saat ini (dari rumah ke rumah) kecuali mereka berkumpul di suatu tempat atas dasar kesepakatan bersama terlebih dahulu.
·      Cenderung bersifat Individualis (kurang peduli terhadap sesama)
Metode Pendidikan
·       Lebih mencakup kepada Pendidikan Tauhid
·       Rukun Iman, Rukun Islam,
·       dan pendidikan akhlak
·      Lebih kepada Pendidikan Mazhab atau golongan
·      Syariah, Fiqih.
Metode Diskusi
Rasul sebagai Komunikator yang dapat dipercaya, sehingga apabila ada pertanyaan dari Komunikan dapat dijawab langsung.
Kedudukan Komunikator=Komunikan. Apabila ada pertanyaan dari komunikan yang “baru”, maka jawabannya dicari dengan cara ijtihad bersama. Terkadang penggunaan akal pikiran yang berbeda ini membuat banyak penafsiran dan perbedaan, sehingga dapat memicu konflik atau terpecahnya golongan umat islam
Metode bi Hal
Suri tauladan yang sempurna dari sosok yang sempurna
Cenderung bersifat Teoritis

Metode Pemanfaatan Media
·       Surat Menyurat
·       Ka’bah
·       Masjid
·       Perang (Metode Terakhir Rasul)
·       Media Elektronik : Internet, Televisi, Radio, Handphone (SMS atau Telp)
·      Media Cetak : Majalah, Buku, Koran, Tabloid
Metode Strategi Politik
Metode strategi Politik ini (Misalnya di Madinah) yang merupakan Negara Islam Pertama yang hukumnya, ekonominya dan tata kehidupannya berasaskan Islam. Hal ini disambut baik oleh penduduk setempat tanpa adanya “kampanye kepentingan politik” tetapi semata-semata karena Rahmatan lil Alamin
Banyak Parpol bernamakan Islam yang bertujuan selain “berdakwah” tetapi juga bermaksud untuk menjadi penguasa suatu Negara bukan sebagai pemimpin yang amanah. Tetapi terselip kepentingan pribadi didalamnya.
Metode bi Amal
Pembebasan kaum budak (Bilal bin Rabah), memberi santunan kepada anak yatim, budak, janda-janda perang.
Kondisi umat Islam sendiri yang dikatakan “kurang mampu” dalam memberi materi/santunan terhadap sesamanya, bagi yang “sadar” (akan uluran tangan), membuat metode ini kurang efektif di kalangan Islam. Sehingga Metode ini banyak dimanfaatkan oleh agama lain, seperti Kristenisasi

D.           Teori Komunikasi dalam Berdakwah
            Kegiatan dakwah merupakan proses penyampaian pesan kepada Mad’u yang mengharapkan perubahan (feedback) dari Mad’u, begitu pula dalam proses komunikasi yang merupakan penyampaian pesan ke audience yang juga membutuhkan feedback. Dari sinilah ada titik singgung antara Dakwah dan Komunikasi, karena Dakwah juga merupakan bagian dari proses komunikasi. Untuk itu, dalam makalah ini akan dibahas tentang beberapa teori komunikasi yang sangat relevan dengan proses dakwah itu sendiri. Diantaranya 9ada Teori Persuasi, Teori Proses Keputusan Inovasi, Teori Adopsi, Teori Komunikator, dan Teori Pembangunan.
1.        Teori Persuasi
Teori persuasi adalah suatu teori komunikasi yang diarahkan kepada proses terjadinya efek perubahan sikap, keyakinan, pendapat atau perilaku.
Ada beberapa factor yang meleket pada komunikasi persuasive sebagai hal yang harus diketahui pada saat menyusun perencanaan komunikasi (Wilcox : 1992), yakni :
a.       Analisis public
b.      Kredibilitas komunikator
c.       Daya tarik terhadap kepentingan public
d.      Kejelasan pesan
e.       Waktu dan Konteks
f.       Partisipasi Publik
g.      Anjur untuk bertindak
h.      Isi dan struktur pesan
i.        Penyampaian yang persusif.


2.        Teori Proses Keputusan Inovasi
Teori ini terdiri dari 4 tahap (Rogers, 1983); inovasi sesuatu yang baru bagi adopter.
a.       Pengenalan (knowledge): individu mengetahui keberadaan suatu inovasi dan memperoleh pemahaman tentang fungsinya.
b.      Persuasi : Individu membentuk suatu sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi
c.       Keputusan : individu melakukan aktivitas yang mengarah pada suatu pilihan, menerima atau menolak inovasi
d.      Konfirmasi : individu mencari pengukuhan terhadap keputusan inovasi yang dibuat (menerima atau menolaknya) atau mengubah keputusannya jika memperoleh keterangan yang bertentangan tentang inovasi tersebut.

PENUTUP
Kesimpulan
Dalam makalah ini, membahas bagaimana metode dakwah rasul dalam menghadapi tantangan dari kaum Quraisy yang sangat keji. Juga pendekatan-pendekatan yang rasul gunakan dalam menjalankan tugasnya sebagai penyeru yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dan juga perbandingannya dengan perkembangan metode dakwah saat ini, berikut pula metode komunikasinya yang sangat erat kaitannya dengan metode dakwah sehingga nantinya akan timbul keilmuan yang disebut Komunikasi Dakwah.




[1]Abu Hasan Ali Al-Hasany An-Nadwy, Riwayat Hidup Rasulullah SAW, Surabaya : Bina Ilmu 1989 hlm 91
        [2] Rahmat Semesta (sebuah lembaga kajian dan pengembangan Dakwah forum komunikasi Mahasiswa dan Alumni UIN Syarif Hidayatulah), Metode Dakwah, Jakarta:Prenada Media 2003 hlm 21

[3] Musthofa, Dimensi-dimensi Psikologi Kajian Ilmu Dakwah, Jurnal Ilmu Dakwah IAIN Sunan Ampel Vol.11 No.1 April 2005, hlm 102
[4] Hikmah menurut Imam Abdullah bin Ahmad Mahmud artinya ialah, dakwah dengan menggunakan perkataan yang benar dan pasti, yaitu dalil yang menjelaskan kebenaran dan menghilangkan keraguan.
[5] Abu Hasan Ali Al-Hasany An-Nadwy, Riwayat Hidup Rasulullah SAW, Surabaya : Bina Ilmu 1989 hlm 94
          [6] Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas 1983.hlm153
[7] Ibid. hlm 154
[8] Petani maksudnya ialah orang-orang terdahulu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemaknaan Kebengkokan Wanita sebagaimana Tulang Rusuk

Terkadang kita selalu mendengar, ada istilah bahwa “wanita itu bengkok” seperti tulang rusuk. Tentu mungkin ada yang bertanya-tanya maksud...