BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puji syukur kehairan Allah SWT atas rahmat, taufiq dan karunia-Nya sehingga
penulis, mereka adalah Muhammad Zayyadi Al-Faroby NIM 18720020, Mohammad Masykur NIM 18720069 dan
Muhammad Tareh Aziz NIM 18720087, mampu menyusun dan menyelesaikan tugas mata
kuliah pendekatan studi Islam (PSI) dengan dosen pengampu Dr. H. Zulfi Mubarok,
M.Ag, pada progam magister pendidikan bahasa Arab semester dua pascasarjana
Universitas Islam Negri Maulana Malik
Ibrahim Malang tahun ajaran 2019. Makalah ini berisi tentang pendekatan hadis
dalam studi islam.
Dilihat dari urgensi dalam pendekatan hadis ini adalah banyaknya hadis-hadis
yang sangat popular di telinga masyarakat, bahkan hadis tersebut dibuat dalil
atau rujukan yang mana mereka gunakan sebagai dasar amalan dalam melaksanakan
suatu ibadah bagi sebagian masyarakat yang tanpa tahu kebenaran dan kesahihan
dari hadis yang telah mereka dengar, sehingga
untuk menghindari hadis-hadis palsu dikalangan masyarakat tentunya perlu sebuah
penelitian dengan menggunakan pendekatan hadis, adapun peran dan kontribusi
dari pendekatan hadis ini bagi studi Islam adalah menjadi salah satu rujukan
dalam mencarikan solusi dari masalah-masalah yang kontemporer yang telah
terjadi dikalangan masyarakat dengan kualitas hadis yang shohih dan secara
perlahan dapat menghilangkan hadis-hadis yang diragukan kesahihannya atau bisa
disebut hadis palsu.
Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang materi yang
berkaitan dengan sebuah hadis, meliputi : pengertian pendekatan hadis secara
etimologi dan terminology, karakteristik pendekatan sejarah, pola, metode,
Teknik, langkah-langkah pendekatan hadis.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana pengertian pendekatan hadis ?
2.
Bagaimana karakteristik pendekatan hadis ?
3.
Bagaimana pola, metode, tehnik, dan langkah-langkah
pendekatan hadis ?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Ingin memahami pendekatan hadis.
2.
Ingin memahami karakteristik pendekatan hadis.
3. Ingin memahami pola, metode, tehnik dan
langkah-langkah pendekatan hadis.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan Hadis
1.
Pengertian Pendekatan Hadis Secara Etimologi
Secara etimologi kata pendekatan
merupakan definisi dari kata dekat yang artinya tidak jauh. Setelah mendapat
awalan per-dan akhir-an maka artinya menjadi (a) proses, perbuatan, cara
mendekati. (b) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan
hubungan dengan orang yang di teliti atau metode untuk mencapai pengrtian
tentang masalah penelitian.[1]
Sedangkan dalam Bahasa Arab.
Pendekatan yaitu:
Pendekatan n 1. Prihal mendekati
atau mendekatkan. 2 cara, langkah-langkah, dan sebagainya yang di ambil untuk
melaksanakan tugas dalam mengatasi masalah dan lain-lain.[3] Sedangkan
dalam bahasa inggris, pendekatan yaitu approach, d,a cara mendekati - mu bagus
sekali. Your approach was perfect.[4]
Kata hadis secara lughawiyah berasal dari derivasi kata
(حدث، يحدث،
حدوث، حداثة، حادث، محدوث)
artinya adalah baru, dekat, ceriata, berita, riwayat.[5]
Kata hadis dalam kamus lain diartikan sebagai angan-angan atau khayalan
yang tak pernah terwujud/sesuatu yang dalam kenyataannya tak bersandar dengan
omong kosong.[6]
Menurut bahasa kamus lain berarti komunikasi, kisah, percakapan religius,
atau sekuler, Historis atau kontemporer. Bila
di gunakan sebagai kata sifat hadis berarti
baru.[7] Sedangkan
menurut kamus Bahasa Indonesia Hadis adalah sabda dan
perbuatan Nabi Muhammad SAW. Yang diriwayatkan atau diceritakan oleh sahabat-sahabat Nabi (untuk
menjelaskan dan menentukan hukum); hadis juga di artikan sebagai sumber ajaran
agama islam yang kedua selain Al-Qur'an.[8]
Kemudian, menurut Ensklopedia umum
mendefinisikan bahwa hadis adalah cerita, kisah, berita yang terus-menerus
disiarkan secara turun menurun, tradisi, adat istiadat umat, khusus riwayat
yang berhubungan dengan tindakan, sabda Nabi Muhammad SAW, yang ditinggalkan
dengan lisan alat pengantar sunnah.[9]
Jadi, secara etimilogi pendekatan hadis adalah metode atau cara untuk
meneliti hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang meliputi ajaran agama Islam.
2.
Pengertian Pendekatan Hadis secara Terminologi
Secara terminologi atau istilah,
pendekatan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk
menjelaskan suatu data yang dihasilkan. Suatu data hasil penelitian dapat
menimbulkan pengertian dan gambara-gambaran yang berbeda-beda bergantung kepada
pendekatan yang digunakan. Dalam kaitan ini kita, misalnya, mengenal adanya
pendekatan kawasan (regional), pendekatan perbandingan, dan pendekatan topical.
Pendekatan dapat diartikan juga
sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk gambara-gambaran yang
berbeda-beda bergantung kepada pendekatan yang digunakan. Dalam kaitan ini,
kita, misalnya, mengenal adanya pendekatan menjelaskan suatu data yang
dihasilkan. Suatu data hasil penelitian dapat menimbulkan pengertian dan kawasan (regional), dan
pendekatan secara topical. Pada ranah selanjutnya, kita mengenal yang disebut
pendekatan perbandingan (comperative approch) yaitu pendekatan mengkaji bidang
keilmuan dengan cara membandingkan berbagai pendapat atau aliran yang ada dalam
ilmu tersebut, sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.[10]
Ghazali mengatakan bahwa pendekatan adalah suatu sikap ilmiah (persepsi)
dari seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah. Dengan kata lain, pendekatan
berarti cara pandang atau paradigma dalam suatu bidang ilmu, yang selanjutnya
digunakan dalam memahami agama. Dengan demikian secara sederhana pendekatan itu
dapat kita maknai sebagai cara pandang seseorang untuk memahami sesuatu. Jika
objeknya adalah agama Islam, pendekatan yang dimaksud adalah cara pandang
seseorang dalam memahami agama Islam itu sendiri.[11]
Dalam mengartikan al-Hadits secara istilah atau terminologi para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun ulama ushul,
merumuskan pengertian hadist secara berbeda-beda.
Ulama hadis mendefinisikan hadis
sebagai berikut,
كل ماأُثرَ عن النبي صلى الله عليه وسلم مِن قولٍ أو فعلٍ أو تقريرٍ أو
صفةٍ خلقيةٍ أو خلُقيةٍ.
Segala sesuatu yang
diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat
maupun hal ikhwal Nabi.[12]
Menurut istilah ahli ushul fiqh mengatakan pengertian
hadis adalah,. [13]
كلُّ
ما صدر عنِ النبيِّ صلى اللهُ عليهِ وسلّم غير القرآنِ الكريمِ مِن قولٍ أوْ فعلٍ
أوْ تقريرٍ ممَّا يصلحُ أنْ يكونَ دليلٌا لحكمٍ شرْعيِّ
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, selain
Al-Qur’an Al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan , muapun taqrir Nabi yang
bersangkut paut dengan hukum Syara’ (syari’at).
Menurut istilah
para Fuqoha, hadis adalah,
كلُّ ماثبتَ عَن النبيِّ صلَى اللهُ عليهِ وسلّمَ ولمْ يكنْ
مِن بابِ الفرضِ ولَاالواجبِ.
Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW,
yang tidak bersangkut paut dengan
masalah-masalah fardhu atau wajib.[14]
Perbedaan pandangan tersebut
kemudian melahirka dua macam pengertian hadis, yakni pengertia terbatas dan
pengertian luas. Pengertian terbatas sebagaimana dikemukakan oelh Jumhur
al-Muhaditsin, adalah
ماأضيفُ إلى النبيِّ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلمَ مِن
قولٍ أو فعلٍ أو تقريرٍ أو صفةٍ
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan,
taqrir) maupun sifat. (Mahmud al-Thahan,1985: 15).[15]
Dengan demikian, menurut ulama hadis, esensi hadis adalah segala berita yang
berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir
dan hal ikhwal atau segala sifat dan keadaan pribadi Nabi Muhammad SAW.
Adapun pengertian hadis secara luas,
sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi, adalah,
إن الحديث
لايختص بالمرفوع إليه صلى الله عليه وسلم بل جاء بإطلاقه أيضا للموقوف (وهو ما
أضيف إلى الصحابيّ من قول أو نحوه) والمقطوع (وهو ماأضيف للتابعي كذلك).
Seseungguhnya hadis bukan hanya yang
dimafu’kan kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan dapat puladisebutkan pada yang
mawquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari para sahabat) dan
maqthu’ (dnisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabi’in).[16]
Hal ini jelas bahwa para ulama beragam dalam mendefinisikan hadis karena
berbeda dalam meninjau objek hadis.
Adapun ulama-ulama lain berpendapat terkait hadis, antara lain al-Thibby
menyatakan, bahwa hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi SAW,
para sahabatnya dan para tabi’in.
Menurut Abdul Wahab Ibnu Subky dalam kitab “Mutnul Jam’il Jaawami”
mennyaatakan, bahwa “Hadits ialah segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan
oleh Nabi SAW.[17]
Menurut Ibnu Taimiyah, istilah hadis bila tidak disandarkan dengan lafadz
yang lain berarti “segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW, baik perkataan,
perbuatan, maupun pengakuannya”.
Menurut Dr. Taufiq Shidqi, hadis adalah “pembicaraan yang diriwayatkan oleh
satu orang, atau dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya
(tidak menjadi amalan umum.
Menurut Sulaiman al-Nadwi, hadis adalah “segala peristiwa yang dinisbahkan
kepada Nabi SAW walaupun hanya satu kali saja dikerjakan dan walaupun hanya
diriwayatkan oleh seorang perawi aja.
Menurut Abdul Kadir Hasan, hadis ialah “sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi
SAW berupa ilmu pengetahuan teori” (bersiafat teoritis).[18]
Menurut Ibnu al-Subki (w. 771 H/1370
M), hadis adalah segala sabda dan perbuatan Nabi Muahammad SAW.[19]
Jadi pendekatan hadis secara terminologi atau istilah adalah suatu cara
pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data berupa berita yang
dihasilkan, misalnya mengenai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW,
baik dari perkatan, perbuatan, taqrir maupun sifat.
3.
Karakteristik Pendekatan Hadis
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa yang
dimaksudkan dengan karakteristik adalah ciri atau sifat yang berkemampuan untuk
memperbaiki suatu kualitas hidup.[20]
Sedengkan, ciri khas di dalam pendekatan hadis adalah salah satu sumber hukum
Islam yang diakui otoritatif setelah al-Qur’an, disebut juga sebagai rujukan
normatif yang menjadi penjelas (bayan) substansi al-Qur’an.
B.
Karakteristik Hadis
Adapun hadis itu sendiri, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Segala sesuatu yang
diberitakan atau
dikabarkan dari Nabi Muhammad SAW.
2.
Sifat-sifat Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
3.
Perbuatan dan akhlak Nabi yang diriwayatkan oleh para
sahabat.
4.
Timbulnya berbagai pendapat sahabat didepan Nabi, lalu
beliau mengemukakan pendapatnya sendiri,atau mengakui salah satu pendapat
sahabat itu.
5.
Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau sendiri.
6.
Firman Allah selan Al Quran yang disampaikan oleh
Nabi, yang dinamakan Hadis Qudsi.
7.
Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirim
kepada para sahabat yang bertugas di daerah, maupun yang dikirim kepada
pihak-pihak diluar Islam.
8.
Segala
sesuatu yang ditetapkan Nabi Muhammad SAW, yang tidak bersangkut paut
dengan masalah-masalah fardhu atau wajib.
9.
Segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan
oleh Nabi SAW
10.
Segala
sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
11.
Pembicaraan yang diriwayatkan oleh satu orang,
atau dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya
12.
Segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi SAW
walaupun hanya satu kali saja dikerjakan, walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi saja.
13.
Segala
sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa
ilmu pengetahuan teori” (bersiafat teoritis).
C.
Pola, Metode, Tehnik, Langkah-langkah Penelitian
Hadis
1.
Pola pendekatan hadis
Sebagaimana Al quran, Hadis
pun telah banyak diteliti oleh para ahli, bahkan lebih banyak dikatakan bahwa
penelitian hadis lebih banyak kemungkinannya dibandingkan penelitian terhadap
Al quran, adapun pola dalam penelitian hadis adalah sebagai berikut :
Penelitian yang dilakukan Quraisyh syihab terhadap hadis
menunjukkan jumlahnya tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitiannya
terhadap Al quran. dalam bukunya membumikan Al quran, beliau hanya meneliti
dari dua isi dari keberadaan hadis, yaitu mengenai hubungan hadis dengan Al
quran, fungsi dan posisi sunnah dalam tafsir. Sifat penelitiannya adalah
deskiptrif analitis dan bukan uji hipotesis.
Adapun hasil penelitiannya adalah tentang fungsi hadis, pada
prinsipnya hadis memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari
ayat-ayat Al quran yang masih mujmal, memberikan Taqyid ayat-ayat yang masih
mutlaq dan memberikan Takhsish pada ayat Al quran yang masih umum.
Penelitian yang dilakukannya adalah ber4sifat eksploratif dengan
menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara deskriptif analisis. Dan
metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kronologi urutan waktu dan
sejarah.
Adapun hasil penelitiannya adalah proses pencatatan dan pengumpulan
bahan laporan itu memakan waktu cukup panjang,sejak dari masa rintisan Syihab
al din Al Zuhri sampai penyelesaian kitab kutubus sittah.
c.
Pola Muhammad Al Ghozali.[23]
Beliau meneliti tentang hadis yang disajikan di bukunya yang
berjudul as sunnah an nabawiyah baina ahl fiqh wa al hadits, penelitian
yang dilakukan beliau adalah bersifat eksploratif, yaitu membahas, mengkaji,
dan menyelami sedalam-dalamnya berbagai persoalan aktual. Adapun
langkah-langkahnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian, menganalisisnya
dengan pendekatan fiqih, sehingga terkesan ada misi pembelaan dan pemurnian
ajaran Islam dari berbagai paham yang dianggapnya tidak sejalan dengan AL quran
dan AL Sunnah yang mutawattir.
d.
Pola penelitian Zain AL din Abd Rahim bin Al Husain AL Iraqy.[24]
Penelitian yang dilakukan beliau adalah beliau ingin membangun ilmu
hadis dengan menggunakan bahan-bahan hadis nabi serta berbagai pendapat para
Ulama yang dijumpai dalam kitab tersebut. Buku ini yang pertama kali
menjelaskan macam-macam hadis yang didasarkan pada kualitas sanad dan matannya.
Adapun metode yang digunakannya dibagi menjadi beberapa bagian,
yaitu :
1) Dari kualitas
matannya, digolongkan menjadi Sahih, hasan dan Dhaif.
2) Dari kualitas
sanad, digolongkan menjadi hadis Musnad, muttasil, marfu’,mauquf,mursal, al
munqotil.
3) Dari kualitas
matannya, hadis Syadz dan Munkar.
e.
Pola Imam Syafi’i.[25]
Pola yag digunakan Imam Syafi’i ini adalah pola penelitian yang
meneliti hadis-hadis yang mukhtalif, menurut istilah hadis mukhtalif adalah
hadis shahih atau hasan yang saling bertentangan dengan hadis shohih dan hadis
hasan lainnya.
Adapun metode yang digunakan adalah menyelesaikan dalam bentuk
kompromi, penyelesaian dalam bentuk naskh dan penyelesaian dalam bentuk tarjih.
f.
Pola M.Zuhri.[26]
Pola yang digunakan oleh M.zuhri adalah untuk meneliti hadis-hadis
yang Dalam mesyaratkan suatu hadits itu shohih atau tidak, terdapat salah satu
syarat yaitu tidak bertentangan dengan
dalil lain yang lebih kuat seperti bertentangan dengan Ayat Al quran atau
hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lebih tsiqoh.
Adapun metode yang digunakan adalah :
1) Metode Ghorib
al Hadits dengan menggunakan takwil.
2) Metode
Mukhtalif al hadits dengan menggunakan takhsish.
3) Metode Nasikh
al hadits wa al mansukh.
4) Metode Asbabul
wurud al hadits dengan mengetahui sebab-sebab turunnya hadis akan diketahui
hadis tersebut baik atau tidak ketika diterapkan pada konteks sekarang.
5) Metode i’lal al
hadits.
g.
Pola Salahuddin Ahmad AL Adlabi.[27]
Penelitian beliau dalam hal ini adalah pada sisi matan hadis, oleh
sebab itu metodologi yang digunakan beliau adalah kritik matan hadis hal ini
disebabkan karena banyaknya pemalsuan hadis dikalangan sahabat dan ulama hadis.
Adapun langkah-langkah dalam mengkritik adalah :
1)
Kritik terhadap riwayat yang bertentangan dengan Al Quran.
2)
Kritik terhadap riwayat yang bertentangan dengan hadis sahih dan
siroh nabawiyah yang shahih.
3)
Kritik terhadap riwayat yang bertentangan dengan akal manusia.
4)
Kritik terhadap hadis yang tidak menyerupai perkataan nabi.
h.
Pola Ali Musthofa Ya’kub.[28]
Penelitian yang dilakukan beliau adalah penelitian terhadap
hadis-hadis yang bermasalah yang sampai sekarang sudah menjadi suatu keumuman
dalam mengetahui bahwa hadis yang bermasalah itu adalah memang hadis yang
berasal dari nabi padahal menurut beliau itu semua merupakan hadis dhaif dan
maudhu’.
Adapun metode yang digunakan beliau adalah :
1)
Takhrijul hadis.
2)
I’tibar
3)
Memperkuat dengan asbabul wurud hadis.
2.
Metode Penelitian Hadits
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian hadits adalah metode takhrijul
hadits, Kata at-takhrij menurut
pengertian asal bahasanya ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada
sesuatu yang satu”. Kata at-takhrij
sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian, yaitu: Al-istinbat (hal mengeluarkan), At-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan), At-taujih
(hal memperhadapkan).
Pengertian
at-takhrij yang digunakan untuk
maksud kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada
berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam
sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.[29]
Dalam buku Zeid Takhrij menurut
istilah ahli hadis adalah memberikan informasi tentang tempat hadis pada sumber
aslinya dengan penjelasan sanad dan derajatnya ketika diperlukan. [30]
3. Tehnik pendekatan hadis
Tehnik yang dilakukan dalam pendekatan hadis adalah sebagai
berikut, yaitu :
a. Tehnik Ghoribul Hadis
Menurut ulama hadits, Ilmu ini menyibgkap apa yang tersembunyi
dalam lafadz hadits. Mengetahui kosa kata hadits akan sangat membantu dalam
memahami kandungan makna hadits, dan sebenarnya kosa kata yang diberikan nabi
itu tidak asing namun pilihan kata tersebut terkadang berbentuk kiasan. Dalam
perkembangannya, bahasa arab simasuki oleh istilah-istilah asing sehingga kosa
kata bertambah, pada sisi lain ada kosa kata yang secara berangsr-angsur tidak
dipakai, sehingga kosa kata yang dulunya asing sekarang menjadi asing bagi
pengguna bahasa arab, apalagi bagi non Arab.[31]
b. Tehnik Mukhtaliful Hadis
Menurut
para ulama kalau dapat,kandungan hadits yang secara lahiriyah bertentangan itu
disatukan disebut dengan al jam’u wa ttaufiq. Kalau tidak dapat, dicari
kemungkinannya, yang satu menjadi qaid atau menjadi mukhassish bagi yang lain, dengan cara ini maka kedua
hadits dapat dimanfaatkan secara proposional. Atau ada juga yang satu menjadi naskh
bagi yang lain, karena itu ada yang menyebut ilmu ini dengan nama Ikhtilaf
hadits.
c.
Tehnik Nasikh
Al Hadits Wa Al Mansukh.
Kaidah penghapusan dalil yang memuat aturan inui diterapkan setelah
upaya menggabungkan dua hadits yang bertentangan atau takhsish tidak
berhasil. Yaitu dengan mencari mana hadits yang datang dahulu dan mana yang
belakangan.
d. Asbabul Wurud
Al Hadits
Ilmu ini menjelaskan tentang sebab-sebab munculnya hadits,
terkadang ada hadits yang apabila tidak diketahui sebab munculnya maka akan
menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak diamalkan.
e. I’lal Al Hadits
Dalam ilmu hadits terdapat beberapa hadits yang dilihat sekilas
dari runtutan persambungan sanad hadits, dapat disimpulkan bahwa hadits itu
sahih, tetapi sebenarnya hadits itu tidak sohih, dengan kata lain ada beberapa
hadits tidak sohih yang detelah diadakannya manipulasi menjadi kelihatan sohih,
ketidak sohihan hadits tersebut disebabkan mengandung illat, peraman ilmu ini
adalah menyingkap cacat tersembunyi setelah cacat itu dibuka dapat diketahui
bahwa hadits yang kelihatan sohih itu sebenarnya tidak sohih
4. Langkah-langkah Pendekatan Hadits
Dalam langkah-langkah penelitian hadits
terdapat sanad dan matan, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Langkah-langkah penelitian sanad hadits[32]
1)
Melakukan al-I’tibar
Al-i’tibâr
dalam ilmu hadis adalah menyertakan sanad-sanad lain untuk suatu hadis
tertentu, yang pada bagian sanadnya tampak hanya memiliki seorang periwayat.
Dengan menyertakan sanad-sanad lain, dapat diketahui apakah ada periwayat lain
atau tidak pada bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud.
Untuk mempermudah melakukan i’tibâr, kita dapat menggunakan bantuan
skema sanad yang memerhatikan tiga hal utama; jalur seluruh sanad, nama-nama
periwayat seluruh sanad dan metode periwayatan (lambang-lambang periwayatan)
yang digunakan masing-masing periwayat.
2)
Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya
a)
Kaedah kesahihan sanad sebagi acuan
b)
Segi-segi pribadi periwayat yang diteliti
c)
Sekitar al-Jarh wat-Ta’dil
d)
Persambungan sanad yang diteliti
e)
Meneliti syuzuz dan ‘illat
f)
Kitab-kitab yang diperlukan
3)
Menyimpulkan hasil penelitian
b. Langkah-langkah penelitian Matan hadits[33]
1)
Meneliti matan dengan melihat kulalitas sanadnya
a)
Meneliti matan sesudah meneliti sanad
b)
Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas
sanadnya
c)
Kaedah kesahihan matan sebagai acuan
2)
Meneliti susunan lafal matan yang semakna
a)
Terjadinya perbedaan lafal
b)
Akibat terjadinya perbedaan lafal
3)
Meneliti kandungan matan
a)
Membandingkan kandungan matan yang sejalan atau tidak
bertentangan
b)
Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan atau
tampak bertentangan
4)
Menyimpulkan hasil penelitian matan
BAB
III
ANALISIS DAN DISKUSI
A. Analisis
Hadis merupakan sumber ajaran Islam setelah
Al Quran dengan adanya hadis maka akan dapat menejlaskan al quran yang
mempunyai sifat umum dan tidak terperinci, seperti contoh perintah untuk
sholat, dalam Al quran tidak dijelaskan tentang bagaimana cara sholat, namun
hal itu dijelaskan dalam hadis, tidak hanya itu, dengan hadis pula dapat
digunakan dalil untuk menjawab permasalahn-permasalahan yang kontemporer yang
ada di masyarakat ketika dalam Al quran tidak ditemukan sebuah dalil.
Oleh sebab itu, pendekatan hadis ini
digunakan untuk memilah dan memilih baik dari sanad maupun matan hadis berupa
hadis shohih atau hasan ataupun dhoif, untuk kelayakan ketika dijadikan sebuah
dalil dalam mengatasi suatu hukum.
Seperti fenomena yang terjadi di
masyarakat, yang mana sudah menjadi rahasia umum lagi, tentang hadis yang
banyak didengar oleh masyarakat, seperti tentang mencari ilmu di negri china.
Seringkali kita mendengar tentang hadis tersebut, dan kita tidak tahu kebenaran
bahwa itu hadis dari Nabi atau bukan, sehingga muncul pertanyaan, “mengapa kalau
mencari ilmu harus ke negri china? Bukan ke Eropa ataupun Indonesia?”.
Menurut kebanyakan pendapat , hadis ini
dikategorikan banyak ulama sebagai hadis yang masyhur namun non terminologis,
yaitu hadis yang sudah popular dimasyarakat namun kebenaran hadis tersebut
tidak berasal dari nabi.
Dari fenomena ini pendekatan hadis dalam
mengatasi masalah studi islam sangatlah penting sehingga hukum yang sudah
ditetapkan dan dicarikan solusi dengan sebuah hadis itu benar-benar berdasar
dari Rosululloh SAW, dengan kualitas hadis yang shohih.
B. Diskusi
BAB IV
KESIMPULAN
A. Pengertian Hadis
secara etimilogi pendekatan hadis adalah metode atau cara untuk
meneliti hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang meliputi ajaran agama Islam.
Sedangkan secara terminology pendekatan hadis adalah suatu cara
pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data berupa berita yang
dihasilkan, misalnya mengenai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW,
baik dari perkatan, perbuatan, taqrir maupun sifat.
B.
Karakteristik hadis
Adapun
hadis itu sendiri, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Segala sesuatu yang
diberitakan atau
dikabarkan dari Nabi Muhammad SAW.
2.
Sifat-sifat Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
3.
Perbuatan dan akhlak Nabi yang diriwayatkan oleh para
sahabat.
4.
Timbulnya berbagai pendapat sahabt didepan Nabi, lalu
beliau mengemukakan pendapatnyasendiri,atau mengakui salah satu pendapat
sahabat itu.
5.
Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau sendiri.
6.
Firman Allah selan Al Quranyang disampaikan oleh Nabi,
yang dinamakan Hadis Qudsi.
7.
Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirim
kepada para sahabatyang bertugas di daerah, maupun yang dikirim kepada
pihak-pihak diluar Islam
8.
Segala
sesuatu yang ditetapkan Nabi Muhammad SAW, yang tidak bersangkut paut
dengan masalah-masalah fardhu atau wajib.
9.
Segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan
oleh Nabi SAW
10.
Segala
sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
11.
Pembicaraan yang diriwayatkan oleh satu orang,
atau dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya
12.
Segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi
SAW walaupun hanya satu kali saja dikerjakan, walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang
perawi aja.
13.
Segala
sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa
ilmu pengetahuan teori” (bersiafat teoritis).
C. Pola, metode, tehnik dan langkah-langkah
pendekatan hadis.
Dari para peneliti hadis, banyak ditemukan
pola-pola model penelitian hadis mulkai dari pola Quraisyihab, Imam syafii dan
masih banyak lagi pola-pola yang dapat kita ketahui.
Sedangkan metode yang digunakan dalam
pendekatan hadis adalah metode takhrijul hadis, Pengertian at-takhrij yang
digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau
pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang
bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan
sanad hadis yang bersangkutan.
Sedangkan tehnik yang digunakan dalm
pendekatan hadis adalah dengan tehnik ghoribul hadis, mukhtaliful hadis, nasikh
wa Mansukh, asbabul wurud, dan I’lalul hadis.
Sedangkan pada langkah-langkah yang
digunakan adalah menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Langkah sanad hadis : I’tibar, Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya dan menyimpulkan hasil penelitian.
2. Langkah matan
hadis : Meneliti matan dengan melihat kulalitas sanadnya, meneliti susunan
lafal matan yang semakna, meneliti kandungan matan, dan menyimpulkan hasil
penelitian matan.
DAFTAR RUJUKAN
Ali Musthofa Ya’qub, Hadis-Hadis
Bermasalah, Jakarta:PT.Pustaka Firdaus, 2008.
Abdullah, M.Yatimin, Studi Islam
Kontemporer, Jakarta: AMZAH, 2006.
al-Khatib, Muhammad Ajaj. As-Sunnah
Qobla At-Tadwin, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1975.
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet 8 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, KBBI V 0.2.1 Beta (21), 2016.
Djuaeni, Napis. Kamus Kontemporer
Indonesia-Arab (Istilah Politik-Ekonomi), Bandung PT Mizan Republika, 2005.
Gunawan, Dede Ahmad Ghazali dan Heri. Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015.
Ismail, M Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa, 1991.
Ismail, M. Syuhudi, Metodologi
Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Kaizal Bay, Metodologi
penyelesaian hadis-hadis mukhtalif menurut al syafi’i, Jurnal
Ushuluddin,Vol:XVII No.2, Juli: 2011.
Munawwir, Ahmad warison. Kamus al
Munawwir. Surabaya: Pustaka progressif, 1997.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi
Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Podo, Hadi. kamus Ungkapan Indonesia
Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 1985.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar
Musthalah Hadis. Bandung: Al-Ma’arif. 1991.
Salahuddin ibn Ahmad AL adabi, Metodologi
Kritik Matan Hadis, Jakarta:Gaya Media Tama, 2004.
Salim, dkk, Peter. Kamus Bahasa
Indonesia Konteporer, edisi 3, Jakarta: modern English Press, 2002.
Smith, Huston. Ensklopedia Islam,
Cet. 1. Bandung: Angkasa.1996
Sulaiman PL, Noor. Antologi Ilmu Hadis. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008.
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus
Bahasa Indonesia. Jakarta: pusat Bahasa, 2008.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an. 1973.
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis
Pengantar Studi Hadis Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Zuhri, Muh. Hadits Nabi Telaah
Historis dan Metodologis, Yogyakarta :Tiara wacana Yogya, 2003.
[1] Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, KBBI V 0.2.1 Beta
(21), (2016)
[2] Napis Djuaeni,
Kamus Kontemporer Indonesia-Arab (Istilah Politik-Ekonomi), (Bandung: PT Mizan
Republika, 2005), hlm: 514
[3] Peter Salim,
dkk, Kamus Bahasa Indonesia Konteporer, (Jakarta: modern English Press, 2002
edisi 3), hlm. 154
[4]
Hadi podo, dkk, kamus Ungkapan Indonesia Inggris, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama 1985), hlm. 352
[5] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penerjemah al-Qur’an, 1973), hlm. 89
[6] Muhammad Luthfy, Kamus
Ta’biirot Istilahiyyat ‘Araby-Indunisy Thoriqoh Fa’aliyyah, (Jakarta: Ulin
Nuha Press, 2005), hlm. 116
[8] Tim
Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: pusat
Bahasa, 2008). h.501
[12] Muhammad Ajaj
al-Khatib, As-Sunnah Qobla At-Tadwin, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1975),
hlm. 19
[13] Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet 8 (Bandung:
Rosdakarya. 2006) hlm. 83-84
[14] Muhammad Ajaj
al-Khatib, As-Sunnah, hlm. 19
[15] Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet. 8 (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 83-84
[16] Fatchur
Rahman, Ikhtisar Musthalah Hadis, (Bandung: Al-Ma’arif, 1991), hlm. 6
[20] Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, KBBI V 0.2.1 Beta
(21), (2016)
[21] M.Yatimin
Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:AMZAH,2006), Hlm. 286
[22] M.Yatimin
Abdullah, Studi Islam Kontemporer,Hlm. 286
[23] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, …… Hlm. 245
[24] Abuddin Nata, Metodologi
Studi Islam, …… Hlm. 248
[25] Kaizal Bay, Netodologi
Penyelesaian hadis-hadis mukhtalif menurut al syafi’i, Jurnal
Ushuluddin,Vol:XVII No.2, (Juli: 2011).Hlm. 184-185
[26] Muh
Zuhri. Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta :Tiara
wacana Yogya,2003), hlm 135
[27] Salahuddin ibn
Ahmad AL adabi, Metodologi Kritik Matan Hadis, (Jakarta:Gaya Media
Tama,2004) Hlm. 208
[28] Ali Musthofa
Ya’qub,hadis-hadis bermasalah,(Jakarta:PT.Pustaka Firdaus,2008),Hlm.XIII
[29] M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992),
hlm. 41 – 43
[30] Zeid B. Smeer,
Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hlm. 171
[31] Muh Zuhri. Hadits
nabi telaah historis dan metodologis, (Yogyakarta :Tiara wacana
Yogya,2003), hlm, 135
[32] M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, ……………… hlm. 51-97
[33] M. Syuhudi
Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, ……………… hlm. 121-145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar