Minggu, 19 Mei 2019

PSI Dengan Pendekatan Hadis


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Puji syukur kehairan Allah SWT atas rahmat, taufiq dan karunia-Nya sehingga penulis, mereka adalah Muhammad Zayyadi Al-Faroby NIM 18720020, Mohammad Masykur NIM 18720069 dan Muhammad Tareh Aziz NIM 18720087, mampu menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah pendekatan studi Islam (PSI) dengan dosen pengampu Dr. H. Zulfi Mubarok, M.Ag, pada progam magister pendidikan bahasa Arab semester dua pascasarjana Universitas Islam Negri Maulana  Malik Ibrahim Malang tahun ajaran 2019. Makalah ini berisi tentang pendekatan hadis dalam studi islam.
Dilihat dari urgensi dalam pendekatan hadis ini adalah banyaknya hadis-hadis yang sangat popular di telinga masyarakat, bahkan hadis tersebut dibuat dalil atau rujukan yang mana mereka gunakan sebagai dasar amalan dalam melaksanakan suatu ibadah bagi sebagian masyarakat yang tanpa tahu kebenaran dan kesahihan dari hadis yang  telah mereka dengar, sehingga untuk menghindari hadis-hadis palsu dikalangan masyarakat tentunya perlu sebuah penelitian dengan menggunakan pendekatan hadis, adapun peran dan kontribusi dari pendekatan hadis ini bagi studi Islam adalah menjadi salah satu rujukan dalam mencarikan solusi dari masalah-masalah yang kontemporer yang telah terjadi dikalangan masyarakat dengan kualitas hadis yang shohih dan secara perlahan dapat menghilangkan hadis-hadis yang diragukan kesahihannya atau bisa disebut hadis palsu.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan membahas tentang materi yang berkaitan dengan sebuah hadis, meliputi : pengertian pendekatan hadis secara etimologi dan terminology, karakteristik pendekatan sejarah, pola, metode, Teknik, langkah-langkah pendekatan hadis.



B.  Rumusan masalah
1.    Bagaimana pengertian pendekatan hadis ?
2.    Bagaimana karakteristik pendekatan hadis ?
3.    Bagaimana pola, metode, tehnik, dan langkah-langkah pendekatan hadis ?


C.  Tujuan Pembahasan
1.    Ingin memahami pendekatan hadis.
2.    Ingin memahami karakteristik pendekatan hadis.
3.    Ingin memahami pola, metode, tehnik dan langkah-langkah pendekatan hadis.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Pendekatan Hadis
1.    Pengertian Pendekatan Hadis Secara Etimologi
Secara etimologi kata pendekatan merupakan definisi dari kata dekat yang artinya tidak jauh. Setelah mendapat awalan per-dan akhir-an maka artinya menjadi (a) proses, perbuatan, cara mendekati. (b) usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang di teliti atau metode untuk mencapai pengrtian tentang masalah penelitian.[1]
Sedangkan dalam Bahasa Arab. Pendekatan yaitu:
 (مدخل: اقترب، تقرب تقريبً).[2]
Pendekatan n 1. Prihal mendekati atau mendekatkan. 2 cara, langkah-langkah, dan sebagainya yang di ambil untuk melaksanakan tugas dalam mengatasi masalah dan lain-lain.[3] Sedangkan dalam bahasa inggris, pendekatan yaitu approach, d,a cara mendekati - mu bagus sekali. Your approach was perfect.[4]
Kata hadis secara lughawiyah berasal dari derivasi kata
 (حدث، يحدث، حدوث، حداثة، حادث، محدوث)
artinya adalah baru, dekat, ceriata, berita, riwayat.[5]

Kata hadis dalam kamus lain diartikan sebagai angan-angan atau khayalan yang tak pernah terwujud/sesuatu yang dalam kenyataannya tak bersandar dengan omong kosong.[6]
Menurut bahasa kamus lain berarti komunikasi, kisah, percakapan religius, atau sekuler, Historis atau kontemporer. Bila di gunakan sebagai kata sifat hadis berarti baru.[7] Sedangkan menurut kamus Bahasa Indonesia Hadis adalah sabda dan perbuatan Nabi Muhammad SAW. Yang diriwayatkan atau  diceritakan oleh sahabat-sahabat Nabi (untuk menjelaskan dan menentukan hukum); hadis juga di artikan sebagai sumber ajaran agama islam yang kedua selain Al-Qur'an.[8]
Kemudian, menurut Ensklopedia umum mendefinisikan bahwa hadis adalah cerita, kisah, berita yang terus-menerus disiarkan secara turun menurun, tradisi, adat istiadat umat, khusus riwayat yang berhubungan dengan tindakan, sabda Nabi Muhammad SAW, yang ditinggalkan dengan lisan alat pengantar sunnah.[9]
Jadi, secara etimilogi pendekatan hadis adalah metode atau cara untuk meneliti hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang meliputi ajaran agama Islam.

2.    Pengertian Pendekatan Hadis secara Terminologi
Secara terminologi atau istilah, pendekatan dapat diartikan sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data yang dihasilkan. Suatu data hasil penelitian dapat menimbulkan pengertian dan gambara-gambaran yang berbeda-beda bergantung kepada pendekatan yang digunakan. Dalam kaitan ini kita, misalnya, mengenal adanya pendekatan kawasan (regional), pendekatan perbandingan, dan pendekatan topical.
Pendekatan dapat diartikan juga sebagai suatu cara pandang yang digunakan untuk gambara-gambaran yang berbeda-beda bergantung kepada pendekatan yang digunakan. Dalam kaitan ini, kita, misalnya, mengenal adanya pendekatan menjelaskan suatu data yang dihasilkan. Suatu data hasil penelitian dapat menimbulkan pengertian dan kawasan (regional), dan pendekatan secara topical. Pada ranah selanjutnya, kita mengenal yang disebut pendekatan perbandingan (comperative approch) yaitu pendekatan mengkaji bidang keilmuan dengan cara membandingkan berbagai pendapat atau aliran yang ada dalam ilmu tersebut, sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaannya.[10]
Ghazali mengatakan bahwa pendekatan adalah suatu sikap ilmiah (persepsi) dari seseorang untuk menemukan kebenaran ilmiah. Dengan kata lain, pendekatan berarti cara pandang atau paradigma dalam suatu bidang ilmu, yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dengan demikian secara sederhana pendekatan itu dapat kita maknai sebagai cara pandang seseorang untuk memahami sesuatu. Jika objeknya adalah agama Islam, pendekatan yang dimaksud adalah cara pandang seseorang dalam memahami agama Islam itu sendiri.[11]
Dalam mengartikan al-Hadits secara istilah atau terminologi para ulama, baik muhaditsin, fuqaha, ataupun ulama ushul, merumuskan pengertian hadist secara berbeda-beda.
Ulama hadis mendefinisikan hadis sebagai berikut,
كل ماأُثرَ عن النبي صلى الله عليه وسلم مِن قولٍ أو فعلٍ أو تقريرٍ أو صفةٍ خلقيةٍ أو خلُقيةٍ.
Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW, baik berupa sabda, perbuatan, taqrir, sifat-sifat maupun hal ikhwal Nabi.[12]
Menurut istilah ahli ushul fiqh mengatakan pengertian hadis adalah,. [13]
كلُّ ما صدر عنِ النبيِّ صلى اللهُ عليهِ وسلّم غير القرآنِ الكريمِ مِن قولٍ أوْ فعلٍ أوْ تقريرٍ ممَّا يصلحُ أنْ يكونَ دليلٌا لحكمٍ شرْعيِّ

Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, selain Al-Qur’an Al-karim, baik berupa perkataan, perbuatan , muapun taqrir Nabi yang bersangkut paut dengan hukum Syara’ (syari’at).
Menurut istilah para Fuqoha, hadis adalah,           
كلُّ ماثبتَ عَن النبيِّ صلَى اللهُ عليهِ وسلّمَ ولمْ يكنْ مِن بابِ الفرضِ ولَاالواجبِ.

Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi SAW, yang tidak bersangkut paut dengan masalah-masalah fardhu atau wajib.[14]
Perbedaan pandangan tersebut kemudian melahirka dua macam pengertian hadis, yakni pengertia terbatas dan pengertian luas. Pengertian terbatas sebagaimana dikemukakan oelh Jumhur al-Muhaditsin, adalah
ماأضيفُ إلى النبيِّ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وسلمَ مِن قولٍ أو فعلٍ أو تقريرٍ أو صفةٍ

Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir) maupun sifat. (Mahmud al-Thahan,1985: 15).[15] Dengan demikian, menurut ulama hadis, esensi hadis adalah segala berita yang berkenaan dengan sabda, perbuatan, taqrir  dan hal ikhwal  atau segala sifat dan keadaan pribadi Nabi Muhammad SAW.
Adapun pengertian hadis secara luas, sebagaimana dikatakan oleh Muhammad Mahfudz At-Tirmidzi, adalah,
إن الحديث لايختص بالمرفوع إليه صلى الله عليه وسلم بل جاء بإطلاقه أيضا للموقوف (وهو ما أضيف إلى الصحابيّ من قول أو نحوه) والمقطوع (وهو ماأضيف للتابعي كذلك).
Seseungguhnya hadis bukan hanya yang dimafu’kan kepada Nabi Muhammad SAW, melainkan dapat puladisebutkan pada yang mawquf (dinisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari para sahabat) dan maqthu’ (dnisbatkan pada perkataan dan sebagainya dari tabi’in).[16]
Hal ini jelas bahwa para ulama beragam dalam mendefinisikan hadis karena berbeda dalam meninjau objek hadis.
Adapun ulama-ulama lain berpendapat terkait hadis, antara lain al-Thibby menyatakan, bahwa hadis adalah segala perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi SAW, para sahabatnya dan para tabi’in.
Menurut Abdul Wahab Ibnu Subky dalam kitab “Mutnul Jam’il Jaawami” mennyaatakan, bahwa “Hadits ialah segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi SAW.[17]
Menurut Ibnu Taimiyah, istilah hadis bila tidak disandarkan dengan lafadz yang lain berarti “segala yang diriwayatkan dari Nabi SAW, baik perkataan, perbuatan, maupun pengakuannya”.
Menurut Dr. Taufiq Shidqi, hadis adalah “pembicaraan yang diriwayatkan oleh satu orang, atau dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya (tidak menjadi amalan umum.
Menurut Sulaiman al-Nadwi, hadis adalah “segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi SAW walaupun hanya satu kali saja dikerjakan dan walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang perawi aja.
Menurut Abdul Kadir Hasan, hadis ialah “sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa ilmu pengetahuan teori” (bersiafat teoritis).[18]
Menurut Ibnu al-Subki (w. 771 H/1370 M), hadis adalah segala sabda dan perbuatan Nabi Muahammad SAW.[19]
Jadi pendekatan hadis secara terminologi atau istilah adalah suatu cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data berupa berita yang dihasilkan, misalnya mengenai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik dari perkatan, perbuatan, taqrir maupun sifat.

3.    Karakteristik Pendekatan Hadis
Dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahwa yang dimaksudkan dengan karakteristik adalah ciri atau sifat yang berkemampuan untuk memperbaiki suatu kualitas hidup.[20] Sedengkan, ciri khas di dalam pendekatan hadis adalah salah satu sumber hukum Islam yang diakui otoritatif setelah al-Qur’an, disebut juga sebagai rujukan normatif yang menjadi penjelas (bayan) substansi al-Qur’an.

B.  Karakteristik Hadis
Adapun hadis itu sendiri, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Segala sesuatu yang diberitakan atau dikabarkan dari Nabi Muhammad SAW.
2.    Sifat-sifat Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
3.    Perbuatan dan akhlak Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
4.    Timbulnya berbagai pendapat sahabat didepan Nabi, lalu beliau mengemukakan pendapatnya sendiri,atau mengakui salah satu pendapat sahabat itu.
5.    Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau sendiri.
6.    Firman Allah selan Al Quran yang disampaikan oleh Nabi, yang dinamakan Hadis Qudsi.
7.    Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirim kepada para sahabat yang bertugas di daerah, maupun yang dikirim kepada pihak-pihak diluar Islam.
8.    Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi Muhammad SAW, yang tidak bersangkut paut dengan masalah-masalah fardhu atau wajib.
9.    Segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi SAW
10.     Segala sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
11.    Pembicaraan yang diriwayatkan oleh satu orang, atau dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya
12.    Segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi SAW walaupun hanya satu kali saja dikerjakan, walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang perawi saja.
13.    Segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa ilmu pengetahuan teori” (bersiafat teoritis).

C.  Pola, Metode, Tehnik, Langkah-langkah Penelitian Hadis
1.    Pola pendekatan hadis
Sebagaimana  Al quran, Hadis pun telah banyak diteliti oleh para ahli, bahkan lebih banyak dikatakan bahwa penelitian hadis lebih banyak kemungkinannya dibandingkan penelitian terhadap Al quran, adapun pola dalam penelitian hadis adalah sebagai berikut :
a.     Pola Penelitian Quarish shihab.[21]
Penelitian yang dilakukan Quraisyh syihab terhadap hadis menunjukkan jumlahnya tidak lebih banyak jika dibandingkan dengan penelitiannya terhadap Al quran. dalam bukunya membumikan Al quran, beliau hanya meneliti dari dua isi dari keberadaan hadis, yaitu mengenai hubungan hadis dengan Al quran, fungsi dan posisi sunnah dalam tafsir. Sifat penelitiannya adalah deskiptrif analitis dan bukan uji hipotesis.
Adapun hasil penelitiannya adalah tentang fungsi hadis, pada prinsipnya hadis memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat Al quran yang masih mujmal, memberikan Taqyid ayat-ayat yang masih mutlaq dan memberikan Takhsish pada ayat Al quran yang masih umum.


b.    Pola Penelitian Mushthafa Al Siba’iy.[22]
Penelitian yang dilakukannya adalah ber4sifat eksploratif dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara deskriptif analisis. Dan metode yang dipakai adalah menggunakan pendekatan kronologi urutan waktu dan sejarah.
Adapun hasil penelitiannya adalah proses pencatatan dan pengumpulan bahan laporan itu memakan waktu cukup panjang,sejak dari masa rintisan Syihab al din Al Zuhri sampai penyelesaian kitab kutubus sittah.
c.    Pola Muhammad Al Ghozali.[23]
Beliau meneliti tentang hadis yang disajikan di bukunya yang berjudul as sunnah an nabawiyah baina ahl fiqh wa al hadits, penelitian yang dilakukan beliau adalah bersifat eksploratif, yaitu membahas, mengkaji, dan menyelami sedalam-dalamnya berbagai persoalan aktual. Adapun langkah-langkahnya adalah mendeskripsikan hasil penelitian, menganalisisnya dengan pendekatan fiqih, sehingga terkesan ada misi pembelaan dan pemurnian ajaran Islam dari berbagai paham yang dianggapnya tidak sejalan dengan AL quran dan AL Sunnah yang mutawattir.
d.   Pola penelitian Zain AL din Abd Rahim bin Al Husain AL Iraqy.[24]
Penelitian yang dilakukan beliau adalah beliau ingin membangun ilmu hadis dengan menggunakan bahan-bahan hadis nabi serta berbagai pendapat para Ulama yang dijumpai dalam kitab tersebut. Buku ini yang pertama kali menjelaskan macam-macam hadis yang didasarkan pada kualitas sanad dan matannya.



Adapun metode yang digunakannya dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1)   Dari kualitas matannya, digolongkan menjadi Sahih, hasan dan Dhaif.
2)   Dari kualitas sanad, digolongkan menjadi hadis Musnad, muttasil, marfu’,mauquf,mursal, al munqotil.
3)   Dari kualitas matannya, hadis Syadz dan Munkar.
e.    Pola Imam Syafi’i.[25]
Pola yag digunakan Imam Syafi’i ini adalah pola penelitian yang meneliti hadis-hadis yang mukhtalif, menurut istilah hadis mukhtalif adalah hadis shahih atau hasan yang saling bertentangan dengan hadis shohih dan hadis hasan lainnya.
Adapun metode yang digunakan adalah menyelesaikan dalam bentuk kompromi, penyelesaian dalam bentuk naskh dan penyelesaian dalam bentuk tarjih.
f.     Pola M.Zuhri.[26]
Pola yang digunakan oleh M.zuhri adalah untuk meneliti hadis-hadis yang Dalam mesyaratkan suatu hadits itu shohih atau tidak, terdapat salah satu syarat  yaitu tidak bertentangan dengan dalil lain yang lebih kuat seperti bertentangan dengan Ayat Al quran atau hadits yang diriwayatkan oleh orang yang lebih tsiqoh.
Adapun metode yang digunakan adalah :
1)   Metode Ghorib al Hadits dengan menggunakan takwil.
2)   Metode Mukhtalif al hadits dengan menggunakan takhsish.
3)   Metode Nasikh al hadits wa al mansukh.
4)   Metode Asbabul wurud al hadits dengan mengetahui sebab-sebab turunnya hadis akan diketahui hadis tersebut baik atau tidak ketika diterapkan pada konteks sekarang.
5)   Metode i’lal al hadits.
g.    Pola Salahuddin Ahmad AL Adlabi.[27]
Penelitian beliau dalam hal ini adalah pada sisi matan hadis, oleh sebab itu metodologi yang digunakan beliau adalah kritik matan hadis hal ini disebabkan karena banyaknya pemalsuan hadis dikalangan sahabat dan ulama hadis.
Adapun langkah-langkah dalam mengkritik adalah :
1)   Kritik terhadap riwayat yang bertentangan dengan Al Quran.
2)   Kritik terhadap riwayat yang bertentangan dengan hadis sahih dan siroh nabawiyah yang shahih.
3)   Kritik terhadap riwayat yang bertentangan dengan akal manusia.
4)   Kritik terhadap hadis yang tidak menyerupai perkataan nabi.
h.    Pola Ali Musthofa Ya’kub.[28]
Penelitian yang dilakukan beliau adalah penelitian terhadap hadis-hadis yang bermasalah yang sampai sekarang sudah menjadi suatu keumuman dalam mengetahui bahwa hadis yang bermasalah itu adalah memang hadis yang berasal dari nabi padahal menurut beliau itu semua merupakan hadis dhaif dan maudhu’.
Adapun metode yang digunakan beliau adalah :
1)   Takhrijul hadis.
2)   I’tibar
3)   Memperkuat dengan asbabul wurud hadis.

2.    Metode Penelitian Hadits
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian hadits adalah metode takhrijul hadits, Kata at-takhrij menurut pengertian asal bahasanya ialah “berkumpulnya dua perkara yang berlawanan pada sesuatu yang satu”. Kata at-takhrij sering dimutlakkan pada beberapa macam pengertian, yaitu: Al-istinbat (hal mengeluarkan), At-tadrib (hal melatih atau hal pembiasaan), At-taujih (hal memperhadapkan).
Pengertian at-takhrij yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.[29]
Dalam buku Zeid Takhrij menurut istilah ahli hadis adalah memberikan informasi tentang tempat hadis pada sumber aslinya dengan penjelasan sanad dan derajatnya ketika diperlukan. [30]

3.    Tehnik pendekatan hadis
Tehnik yang dilakukan dalam pendekatan hadis adalah sebagai berikut, yaitu :
a.    Tehnik Ghoribul Hadis
Menurut ulama hadits, Ilmu ini menyibgkap apa yang tersembunyi dalam lafadz hadits. Mengetahui kosa kata hadits akan sangat membantu dalam memahami kandungan makna hadits, dan sebenarnya kosa kata yang diberikan nabi itu tidak asing namun pilihan kata tersebut terkadang berbentuk kiasan. Dalam perkembangannya, bahasa arab simasuki oleh istilah-istilah asing sehingga kosa kata bertambah, pada sisi lain ada kosa kata yang secara berangsr-angsur tidak dipakai, sehingga kosa kata yang dulunya asing sekarang menjadi asing bagi pengguna bahasa arab, apalagi bagi non Arab.[31]
b.    Tehnik Mukhtaliful Hadis
Menurut para ulama kalau dapat,kandungan hadits yang secara lahiriyah bertentangan itu disatukan disebut dengan al jam’u wa ttaufiq. Kalau tidak dapat, dicari kemungkinannya, yang satu menjadi qaid atau menjadi mukhassish  bagi yang lain, dengan cara ini maka kedua hadits dapat dimanfaatkan secara proposional. Atau ada juga yang satu menjadi naskh bagi yang lain, karena itu ada yang menyebut ilmu ini dengan nama Ikhtilaf hadits.
c.    Tehnik Nasikh Al Hadits Wa Al Mansukh.
Kaidah penghapusan dalil yang memuat aturan inui diterapkan setelah upaya menggabungkan dua hadits yang bertentangan atau takhsish tidak berhasil. Yaitu dengan mencari mana hadits yang datang dahulu dan mana yang belakangan.
d.   Asbabul Wurud Al Hadits
Ilmu ini menjelaskan tentang sebab-sebab munculnya hadits, terkadang ada hadits yang apabila tidak diketahui sebab munculnya maka akan menimbulkan dampak yang tidak baik ketika hendak diamalkan.
e.    I’lal Al Hadits
Dalam ilmu hadits terdapat beberapa hadits yang dilihat sekilas dari runtutan persambungan sanad hadits, dapat disimpulkan bahwa hadits itu sahih, tetapi sebenarnya hadits itu tidak sohih, dengan kata lain ada beberapa hadits tidak sohih yang detelah diadakannya manipulasi menjadi kelihatan sohih, ketidak sohihan hadits tersebut disebabkan mengandung illat, peraman ilmu ini adalah menyingkap cacat tersembunyi setelah cacat itu dibuka dapat diketahui bahwa hadits yang kelihatan sohih itu sebenarnya tidak sohih
4.    Langkah-langkah Pendekatan Hadits
Dalam langkah-langkah penelitian hadits terdapat sanad dan matan, adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a.    Langkah-langkah penelitian sanad hadits[32]
1)   Melakukan al-I’tibar
Al-i’tibâr dalam ilmu hadis adalah menyertakan sanad-sanad lain untuk suatu hadis tertentu, yang pada bagian sanadnya tampak hanya memiliki seorang periwayat. Dengan menyertakan sanad-sanad lain, dapat diketahui apakah ada periwayat lain atau tidak pada bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud.
Untuk mempermudah melakukan i’tibâr, kita dapat menggunakan bantuan skema sanad yang memerhatikan tiga hal utama; jalur seluruh sanad, nama-nama periwayat seluruh sanad dan metode periwayatan (lambang-lambang periwayatan) yang digunakan masing-masing periwayat.
2)   Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya
a)    Kaedah kesahihan sanad sebagi acuan
b)   Segi-segi pribadi periwayat yang diteliti
c)    Sekitar al-Jarh wat-Ta’dil
d)   Persambungan sanad yang diteliti
e)    Meneliti syuzuz dan ‘illat
f)    Kitab-kitab yang diperlukan
3)   Menyimpulkan hasil penelitian



b.    Langkah-langkah penelitian Matan hadits[33]
1)   Meneliti matan dengan melihat kulalitas sanadnya
a)    Meneliti matan sesudah meneliti sanad
b)   Kualitas matan tidak selalu sejalan dengan kualitas sanadnya
c)    Kaedah kesahihan matan sebagai acuan
2)   Meneliti susunan lafal matan yang semakna
a)    Terjadinya perbedaan lafal
b)   Akibat terjadinya perbedaan lafal
3)   Meneliti kandungan matan
a)    Membandingkan kandungan matan yang sejalan atau tidak bertentangan
b)   Membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan atau tampak bertentangan
4)   Menyimpulkan hasil penelitian matan














BAB III
ANALISIS DAN DISKUSI
A.  Analisis
Hadis merupakan sumber ajaran Islam setelah Al Quran dengan adanya hadis maka akan dapat menejlaskan al quran yang mempunyai sifat umum dan tidak terperinci, seperti contoh perintah untuk sholat, dalam Al quran tidak dijelaskan tentang bagaimana cara sholat, namun hal itu dijelaskan dalam hadis, tidak hanya itu, dengan hadis pula dapat digunakan dalil untuk menjawab permasalahn-permasalahan yang kontemporer yang ada di masyarakat ketika dalam Al quran tidak ditemukan sebuah dalil.
Oleh sebab itu, pendekatan hadis ini digunakan untuk memilah dan memilih baik dari sanad maupun matan hadis berupa hadis shohih atau hasan ataupun dhoif, untuk kelayakan ketika dijadikan sebuah dalil dalam mengatasi suatu hukum.
Seperti fenomena yang terjadi di masyarakat, yang mana sudah menjadi rahasia umum lagi, tentang hadis yang banyak didengar oleh masyarakat, seperti tentang mencari ilmu di negri china. Seringkali kita mendengar tentang hadis tersebut, dan kita tidak tahu kebenaran bahwa itu hadis dari Nabi atau bukan, sehingga muncul pertanyaan, “mengapa kalau mencari ilmu harus ke negri china? Bukan ke Eropa ataupun Indonesia?”.
Menurut kebanyakan pendapat , hadis ini dikategorikan banyak ulama sebagai hadis yang masyhur namun non terminologis, yaitu hadis yang sudah popular dimasyarakat namun kebenaran hadis tersebut tidak berasal dari nabi.
Dari fenomena ini pendekatan hadis dalam mengatasi masalah studi islam sangatlah penting sehingga hukum yang sudah ditetapkan dan dicarikan solusi dengan sebuah hadis itu benar-benar berdasar dari Rosululloh SAW, dengan kualitas hadis yang shohih.



B.  Diskusi




























BAB IV
KESIMPULAN

A.  Pengertian Hadis
secara etimilogi pendekatan hadis adalah metode atau cara untuk meneliti hadis-hadis Nabi Muhammad SAW yang meliputi ajaran agama Islam.
Sedangkan secara terminology pendekatan hadis adalah suatu cara pandang yang digunakan untuk menjelaskan suatu data berupa berita yang dihasilkan, misalnya mengenai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW, baik dari perkatan, perbuatan, taqrir maupun sifat.

B.  Karakteristik hadis
Adapun hadis itu sendiri, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.    Segala sesuatu yang diberitakan atau dikabarkan dari Nabi Muhammad SAW.
2.    Sifat-sifat Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
3.    Perbuatan dan akhlak Nabi yang diriwayatkan oleh para sahabat.
4.    Timbulnya berbagai pendapat sahabt didepan Nabi, lalu beliau mengemukakan pendapatnyasendiri,atau mengakui salah satu pendapat sahabat itu.
5.    Sabda Nabi yang keluar dari lisan beliau sendiri.
6.    Firman Allah selan Al Quranyang disampaikan oleh Nabi, yang dinamakan Hadis Qudsi.
7.    Surat-surat yang dikirimkan Nabi, baik yang dikirim kepada para sahabatyang bertugas di daerah, maupun yang dikirim kepada pihak-pihak diluar Islam
8.    Segala sesuatu yang ditetapkan Nabi Muhammad SAW, yang tidak bersangkut paut dengan masalah-masalah fardhu atau wajib.
9.    Segala perkataan dan perbuatan yang dilakukan oleh Nabi SAW
10.     Segala sesuatu yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW.
11.     Pembicaraan yang diriwayatkan oleh satu orang, atau dua orang, kemudian hanya mereka saja yang mengetahuinya
12.     Segala peristiwa yang dinisbahkan kepada Nabi SAW walaupun hanya satu kali saja dikerjakan, walaupun hanya diriwayatkan oleh seorang perawi aja.
13.     Segala sesuatu yang diriwayatkan dari Nabi SAW berupa ilmu pengetahuan teori” (bersiafat teoritis).

C.  Pola, metode, tehnik dan langkah-langkah pendekatan hadis.
Dari para peneliti hadis, banyak ditemukan pola-pola model penelitian hadis mulkai dari pola Quraisyihab, Imam syafii dan masih banyak lagi pola-pola yang dapat kita ketahui.
Sedangkan metode yang digunakan dalam pendekatan hadis adalah metode takhrijul hadis, Pengertian at-takhrij yang digunakan untuk maksud kegiatan penelitian hadis ialah penelusuran atau pencarian hadis pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari hadis yang bersangkutan yang di dalam sumber itu dikemukakan secara lengkap matan dan sanad hadis yang bersangkutan.
Sedangkan tehnik yang digunakan dalm pendekatan hadis adalah dengan tehnik ghoribul hadis, mukhtaliful hadis, nasikh wa Mansukh, asbabul wurud, dan I’lalul hadis.
Sedangkan pada langkah-langkah yang digunakan adalah menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.    Langkah sanad hadis : I’tibar, Meneliti pribadi periwayat dan metode periwayatannya dan menyimpulkan hasil penelitian.
2.    Langkah matan hadis : Meneliti matan dengan melihat kulalitas sanadnya, meneliti susunan lafal matan yang semakna, meneliti kandungan matan, dan menyimpulkan hasil penelitian matan.





DAFTAR RUJUKAN

Ali Musthofa Ya’qub, Hadis-Hadis Bermasalah, Jakarta:PT.Pustaka Firdaus, 2008.
Abdullah, M.Yatimin, Studi Islam Kontemporer, Jakarta: AMZAH, 2006.
al-Khatib, Muhammad Ajaj. As-Sunnah Qobla At-Tadwin, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1975.
Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet 8 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik  Indonesia, KBBI V 0.2.1 Beta (21), 2016.     
Djuaeni, Napis. Kamus Kontemporer Indonesia-Arab (Istilah Politik-Ekonomi), Bandung PT Mizan Republika, 2005.
Gunawan, Dede Ahmad Ghazali dan Heri. Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya. 2015.
Ismail, M Syuhudi. Pengantar Ilmu Hadis. Bandung: Angkasa, 1991.
Ismail, M. Syuhudi, Metodologi Penelitian Hadis, Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
Kaizal Bay, Metodologi penyelesaian hadis-hadis mukhtalif menurut al syafi’i, Jurnal Ushuluddin,Vol:XVII No.2, Juli: 2011.
Munawwir, Ahmad warison. Kamus al Munawwir. Surabaya: Pustaka progressif, 1997.
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Podo, Hadi. kamus Ungkapan Indonesia Inggris. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 1985.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Musthalah Hadis. Bandung: Al-Ma’arif. 1991.
Salahuddin ibn Ahmad AL adabi, Metodologi Kritik Matan Hadis, Jakarta:Gaya Media Tama, 2004.
Salim, dkk, Peter. Kamus Bahasa Indonesia Konteporer, edisi 3, Jakarta: modern English Press, 2002.
Smith, Huston. Ensklopedia Islam, Cet. 1. Bandung: Angkasa.1996
Sulaiman PL, Noor. Antologi Ilmu Hadis. Jakarta: Gaung Persada Press. 2008.
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: pusat Bahasa, 2008.
Yunus, Mahmud. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an. 1973.
Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, Malang: UIN Malang Press, 2008.
Zuhri, Muh. Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, Yogyakarta :Tiara wacana Yogya, 2003.



[1] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik  Indonesia, KBBI V 0.2.1 Beta (21), (2016)
[2] Napis Djuaeni, Kamus Kontemporer Indonesia-Arab (Istilah Politik-Ekonomi), (Bandung: PT Mizan Republika, 2005), hlm: 514
[3] Peter Salim, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Konteporer, (Jakarta: modern English Press, 2002 edisi 3), hlm. 154
[4] Hadi podo, dkk, kamus Ungkapan Indonesia Inggris, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama 1985), hlm. 352
[5] Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an, 1973), hlm. 89
[6] Muhammad Luthfy, Kamus Ta’biirot Istilahiyyat ‘Araby-Indunisy Thoriqoh Fa’aliyyah, (Jakarta: Ulin Nuha Press, 2005), hlm. 116
[7] Ahmad warison Munawwir, Kamus al Munawwir, (Surabaya: Pustaka progressif, 1997), hlm. 5
[8] Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: pusat Bahasa, 2008). h.501
[9] Huston Smith, Ensklopedia Islam, Cet. 1, (Bandung: Angkasa, 1996), hlm. 111
[10] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Pers,2009) Hlm. hlm. 190
[11] Dede Ahmad Ghazali dan Heri Gunawan, Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 64
[12] Muhammad Ajaj al-Khatib, As-Sunnah Qobla At-Tadwin, (Kairo: Maktabah Wahbah, 1975), hlm. 19
[13] Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet 8 (Bandung: Rosdakarya. 2006) hlm. 83-84
[14] Muhammad Ajaj al-Khatib, As-Sunnah, hlm. 19
[15] Atang Abdul Hakim dan Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam, Cet. 8 (Bandung: Rosdakarya, 2006), hlm. 83-84
[16] Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalah Hadis, (Bandung: Al-Ma’arif, 1991), hlm. 6
[17] M Syuhudi Ismail, Pengantar Ilmu Hadis, (Bandung: Angkasa, 1991), hlm. 2
[18] Noor Sulaiman PL, Antologi Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm. 11-12
[19] Dede Ahmad Ghazali dan Heri Gunawan, Studi Islam, hlm. 124
[20] Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik  Indonesia, KBBI V 0.2.1 Beta (21), (2016)
[21] M.Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer, (Jakarta:AMZAH,2006), Hlm. 286
[22] M.Yatimin Abdullah, Studi Islam Kontemporer,Hlm. 286
[23] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, …… Hlm. 245
[24] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, …… Hlm. 248
[25] Kaizal Bay, Netodologi Penyelesaian hadis-hadis mukhtalif menurut al syafi’i, Jurnal Ushuluddin,Vol:XVII No.2, (Juli: 2011).Hlm. 184-185
[26] Muh Zuhri. Hadits Nabi Telaah Historis dan Metodologis, (Yogyakarta :Tiara wacana Yogya,2003), hlm 135
[27] Salahuddin ibn Ahmad AL adabi, Metodologi Kritik Matan Hadis, (Jakarta:Gaya Media Tama,2004) Hlm. 208
[28] Ali Musthofa Ya’qub,hadis-hadis bermasalah,(Jakarta:PT.Pustaka Firdaus,2008),Hlm.XIII
[29] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm. 41 – 43
[30] Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis Pengantar Studi Hadis Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), hlm. 171
[31] Muh Zuhri. Hadits nabi telaah historis dan metodologis, (Yogyakarta :Tiara wacana Yogya,2003), hlm, 135
[32] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, ……………… hlm. 51-97
[33] M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis, ……………… hlm. 121-145

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pemaknaan Kebengkokan Wanita sebagaimana Tulang Rusuk

Terkadang kita selalu mendengar, ada istilah bahwa “wanita itu bengkok” seperti tulang rusuk. Tentu mungkin ada yang bertanya-tanya maksud...